Sunday, August 7, 2011

Friday Night - Young and Innocent ;)

Ta-da!

Yap, kali ini Leku lagi yang akan mengisi kevakuman blog ini :P

Menganalisis dari judulnya, pasti kira-kira para pembaca menduga seputar cowok cakep yang akan dibahas. Sayang sekali, hal itu SALAH!!

Agar para pembaca tidak terbengong-bengong lagi, maka marilah saya ceritakan sedikit mengenai si lelaki muda tanpa dosa itu ;)


Kejadian ini baru saja terjadi beberapa hari yang lalu, tepatnya Jumat malam, saat Leku hendak pulang ke kediaman induknya yang ada di daerah Kemayoran sana. Pertemuannya dimulai di salah satu mal dekat Bunderan HI yang terdiri dari 2 bagian, barat dan timur.

Seperti hari-hari biasanya, Leku mengantri di antrian taksi burung biru yang tumben tidak terlalu rame. Dengan azas praduga tak bersalah, Leku menaiki taksi yang sudah merupakan gilirannya. Salam selamat malam diberikan oleh petugas taksi, dan setelah mengucapkan tujuannya, sopir taksi menjawab:

"Mohon diarahkan..."

Oke, berdasarkan pengalaman yang bisa dihitung cukup banyak, ada dua kemungkinan. Satu, si sopir berniat mengambil jalan memutar yang lebih jauh di saat kita lengah, dua, si sopir benar-benar tidak tau jalan (yang mana biasanya jarang terjadi dengan si burung biru).

Tanpa menduga lebih lanjut, Leku mengarahkan jalan sampai kurang lebih di depan Bunderan HI. Hal yang sedikit aneh pun terjadi. Si sopir kembali bertanya:

"Lurus atau belok?"

Setelah dijawab, "Lurus Pak" oleh Leku, sekelebat pemikiran muncul. Didengar dari suaranya dan tampak belakang, si sopir terlihat masih muda. Mengintip dari kaca spion atas, dapat dilihat tampangnya yang innocent-bloon gimanaaaa gitu. Dari pertanyaannya, jelas dia tidak tau menahu kemana sebenarnya Leku hendak menuju, tapi, siapa tau karena jalanan sudah malam dan hari ini puasa, maka dia sedikit linglung. Siapa tau 'kan?

Berjalan beberapa meter, Leku masih asik dengan mainan baru di beri hitamnya ketika tiba-tiba di depan lampu merah Sarinah si sopir mengajukan pertanyaan yang sama:

Sopir : "Masih lurus, Mbak?"
Leku : "Masih Pak, lurus terus sampe Harmoni."

Leku langsung hendak meneruskan mainannya ketika tiba-tiba terdengar klakson mobil dari belakang, dan cukup keras. Ternyata karena pertanyaan tadi, si sopir berjalan terlalu lambat dan mobil di belakang merasa terganggu.

Perjalanan seharusnya akan mulus sampai paling tidak di belokan menuju Harmoni seperti instruksi Leku, tetapi baru saja di bunderan patung kuda, kejadian klakson mengklakson kembali terjadi. Kali ini pelakunya adalah pengendara sepeda motor yang bermaksud memotong jalan tapi terhalang oleh taksi yang ditumpangi Leku. Yah, wajar, pikir Leku, motor.

Setelah nyari di belokan Harmoni, tidak lupa Leku berpesan kepada si sopir muda itu:

Leku : "Pak, nanti ambil jalur kanan ya."
Sopir : "Iya."

Disinilah kepanikan Leku mulai muncul. Sesaat setelah instruksinya, si sopir malah mengarah ke jalur biasa, dengan spontan Leku melolong.

Leku : "Pak, Pak!! Kanan ini Pak, kanan!!"
Sopir : "Oooh!!! (sambil memutar setirnya ke sebelah kanan di saat-saat terakhir)"
Leku : "(Deg-degan, tarik napas buang napas, berusaha menjelaskan) Kalau dari sini bisa langsung belok kanan Pak, nanti di depan belok kanan ya."
Sopir : "Iya. (pasang rating kanan)"
Leku : ".......... (dalam hati: gak usah rating gakpapa Pak, semua juga mengarah ke kanan)"

Kepanikan nomor satu, berhasil teratasi dengan suksesnya. Mengingat kejadian ini, Leku pun mengalihkan perhatiannya dari si beri hitam, dan melihat tajam ke arah jalan. Taksi melaju dengan mulus, dan disinilah Leku baru merasa, setiran si sopir tidak semulus sopir-sopir yang lain. Pertanda buruk.

Sesuai dengan instruksi, kali ini perjalanan masih aman dan terkendali sampai di perempatan Golden, yang notabene sering membuat kehebohan antara Leku dengan sopir-sopir lainnya. Seperti yang sudah-sudah, Leku mengarahkan:

Leku : "Pak, nanti belok kanan, ambil yang masuk terowongan ya."
Sopir : "Iya."

Antrian panjang mobil melaju pasti saat lampu hijau menyala, dan setelah dilihat si sopir mengarah ke jalan yang benar, Leku pun menoleh ke jendela samping, bermaksud mengakses kembali si beri hitam. Tapi justru dari sinilah kepanikan kedua terjadi.

Entah kenapa, insting Leku membuatnya menolehkan leher ke jalan depan, dan terlihat si sopir berada di tengah-tengah, seperti bingung mau kemana. Klakson mobil dari arah belakangpun kian rame, dan terdengar celetukan dari si sopir:

Sopir : "Terowongan... terowongan....?"
Leku : "(panik) Pak, Pak!! Ke terowongan yang bawah Pak!!!"
Sopir : "Yang mana ya?"
Leku : "(shock) KIRI!!! (terdiam 2 detik karena menyadari sesuatu) KANAN!! KANAN PAK!!! AYO CEPAT BELOK KANAN!!!"
Sopir : "Oooohhhh!!! Iya iya!!"
Leku : "............................................. (terdiam sambil menganga)"

Leku masih menyempatkan menoleh ke belakang, melihat mobil-mobil yang tadi mengklakson tumpangannya itu. Kali ini, Leku langsung menyarungkan beri hitamnya ke dalam celana, dan memandangi jalanan malam bersama si sopir yang ternyata begitu berbahaya.

Perjalanan tinggal beberapa meter, dan tantangan terakhir menandakan sampainya Leku di tempat yang dituju. Mendekati si bangunan dua-puluh-sekian lantai, Leku memberikan instruksi terakhir kepada si sopir taksi.

Leku : "Pak, nanti belok kiri masuk ke bangunan yang di sebelah kiri ini ya, masuknya masih di depan lagi."
Sopir : "Oh, iya Mbak."
Leku : "... (waswas) kiri Pak.."
Sopir : "Iya..."
Leku : "........ (sedikit deg-degan) Pak, belok kiri ini Pak, pintu masuknya..."
Sopir : "Loh, kiri kesini kan?"
Leku : "(panik) PAK, PAK, belok kiri PAK!!!!!!!"

Ckiiiiiiiiit!!

Tepat sebelum si sopir melakukan kesalahan terakhir, dia berhenti. PERSIS di sebelah pintu masuk. Leku hanya bisa tepok jidat ketika si sopir menawarkan untuk mundur, dan langsung ditolaknya.

Berkali-kali, si sopir meminta maaf karena tidak bisa mengantarkan Leku sampai ke dalam, yang ditanggapi dengan senyuman dan tawa sinis Leku. Setelah memberikan uang jasa taksi, Leku pun dengan spontan bertanya ke si sopir:

Leku : "Pak, masih baru belajar nyetir ya?"
Sopir : "(malu-malu sambil garuk-garuk) Hehehe... iya..."

Baskom besar bagai menyambar Leku. Kalo di komik, pasti sudah muncul tanda 'swt' dan kerutan di dahi. Kurang lebih perasaan Leku saat itu seperti ini:



Moral of the story, jangan sekali-sekali meremehkan merk taksi!! Walaupun merk nya si burung biru, tapi kalo sopirnya ternyata terlalu lugu dan minta dikemplang, tetaplah mengemplangnya!!

Sampai di sini dulu para pembaca, dan ingatlah, tetap waspada... waspadalah.... waspadalah!!!